Maskulinitas Industrialisasi

Arus modernisasi selalu mengalir tidak seperti aliran pipa PDAM di rumah-rumah perkotaan. Ia datang secara tiba-tiba selayaknya banjir kala hujan deras pertama pada awal musim penghujan. Lalu, akan berubah menjadi banjir bandang, apabila titik berangkatnya berasal dari daerah yang tandus serta semakin diperparah ketika melewati daerah-daerah yang gersang. Jadi, bukan hanya mengalirkan air nan bening,Lanjutkan membaca “Maskulinitas Industrialisasi”

Resolusi Konflik bukan Akhir, Perempuan adalah Penyangga Kestabilan Itu (6 penutup)

Dilhat dari faktor pemicu konflik yang begitu kompleks, maka upaya yang dapat dilakukan untuk penyelesaian konflik ini pun harus dilakukan secara menyeluruh dan mengikutsertakan setiap golongan yang ada salam masyarakat, termasuk perempuan. Upaya resolusi konflik yang dilakukan pemerintah, gerakan perempuan serta stakeholder perdamaian, tentunya tidak hanya terbatas pada upaya penghentian kekerasan dan peleraian semata. HalLanjutkan membaca “Resolusi Konflik bukan Akhir, Perempuan adalah Penyangga Kestabilan Itu (6 penutup)”

Memulihkan Diri: Rekonstruksi Identitas Baru Ambon (5)

Berdasarkan Berry, prasyarat terciptanya hasil multikultural dalam hubungan masyarakat ditentukan oleh 1) penerimaan nilai diversitas kultural yang meluas di masyarakat, (2) tingkat kecurigaan rendah, (3) perilaku positif yang mutual, dan (4) mengidentikkan diri dengan masyarakat yang lebih luas (Berry 2006:35-36). Empat poin dari Berry di atas serupa dengan konsep rekonsiliasi dari Kelman (2004), menghilangan sikap-sikapLanjutkan membaca “Memulihkan Diri: Rekonstruksi Identitas Baru Ambon (5)”

Proses Perempuan Ambon Memulihkan Ketegangan Masyarakat (4)

Kekerasan secara umum mereda pada awal 2001. Kala itu kota Ambon sudah dibagi-bagi ke dalam daerah-daerah bagian Kristen dan Islam. Seperti kasus di kampung Batu Merah Dalam, kampung ini sebelum konflik dihuni oleh warga Kristen dan Muslim yang menjadi mayoritas. Ketika konflik pecah, warga Kristen mengungsi ke Wisma Atlet Karang Panjang selama enam tahun, hinggaLanjutkan membaca “Proses Perempuan Ambon Memulihkan Ketegangan Masyarakat (4)”

Akumulasi Ketegangan Muslim-Kristen Ambon secara Historis (3)

Dalam ingatan kebanyakan orang biasanya mereka mengkaitkan pecahnya konflik Ambon dengan percekcokan yang terjadi antara pengemudi bis Ambon dan penumpang Bugis di Ambon pada 19 Januari 1999. Perselisihan ini secara cepat merambat pada kelompok-kelompok preman Kristen dan Muslim (Goss 2000:8). Namun, percekcokan yang merambat hingga terjadi “perang” ini merupakan sebuah fenomena yang bila diibaratkan sebagaiLanjutkan membaca “Akumulasi Ketegangan Muslim-Kristen Ambon secara Historis (3)”

Analisa Proses Akulturasi Masyarakat Ambon ala Berry (2)

Penglihatan sepintas terhadap film Beta Mau Jumpa menunjukkan bahwa kondisi damai yang dialami Ambon hari ini bisa disebut sebagai hasil proses akulturasi ala John Berry. Menurut Berry, akulturasi adalah sebuah proses perubahan kultural dan psikologis yang dihasilkan dari kelanjutan kontak antara orang-orang dengan latar kultural berbeda (Berry 2006:27). Kelompok-kelompok dengan “latar kultur berbeda” di dalamLanjutkan membaca “Analisa Proses Akulturasi Masyarakat Ambon ala Berry (2)”

Membaca Perempuan di tengah Kerusuhan Ambon (1)

Perang, gencatan sejata, serangan fisik, beserta senjata-senjatanya identik dengan kegagahan maskulinitas pria. Seakan-akan peperangan adalah ranah pekerjaan pria. Asumsi ini bisa dibuktikan dari beberapa menit awal dalam film Beta Mau Jumpa. Scene hitam putih, yang menandai dokumentasi dari kejadian masa lalu, saat baku hantam terjadi di Ambon menampakkan bahwa semua aktor yang terlibat menenteng senjataLanjutkan membaca “Membaca Perempuan di tengah Kerusuhan Ambon (1)”

Balada Kebohongan Covid-19: Krisis Kepercayaan dan Kesenjangan Ekonomi

“Covid ki mung akal-akalane pemerintah, mosok rakyat di-ngenekke nganti 1,5 tahun. Anak-anak sekolah mesakke,” keluh Parjono, salah seorang satpam di kantor tempa saya bekerja. Ia adalah ayah dari seorang anak perempuan yang tahun ini harus naik ke jenjang sekolah menengah atas (SMA). Meskipun ia turut ikut dalam program vaksinasi yang diorganisir kantor kami, sikap ketidakpercayaannyaLanjutkan membaca “Balada Kebohongan Covid-19: Krisis Kepercayaan dan Kesenjangan Ekonomi”

Potret Gelap Buruh Perempuan

Hari ini bagi saya cukup spesial. Pagi ini di jalanan besar kota-kota di Indonesia sedang ramai dipadati pendemo. Mereka yang turun ke jalan adalah para pekerja, buruh, mahasiswa, aktivis, dan mungkin ada juga petani. Tujuannya adalah satu yaitu, menuntut perhatian para wakil rakyat. Sungguh nestapa. Suara keluh rakyat saja tidak mau didengar oleh mereka yangLanjutkan membaca “Potret Gelap Buruh Perempuan”