Membilang Rindu pada Bapak Pejuang

Minggu ke-78 Sudah berbilang lalu kami diajarkan mengasah rindu Ibu tentu apalagi Sedari subuh sudah sibuk di depan tungku Meracik cinta untuk menemani bapak dalam seminggu ke depan Semua itu diolahnya dengan baik, disimpan rapi, dan dibungkus sangat rapat Biar pun rapat, harum gurih serundeng yang dibumbu khas oleh ibu tidak akan tidak untuk menyebarLanjutkan membaca “Membilang Rindu pada Bapak Pejuang”

Intuisi Janggal

Tak berani sedikit pun ditegakkan kepalanya Menunduk Sekar pada keramaian ini Gelak tawa, bisik-bisik gurauan, dan kasak-kusus pergunjingan ramai tertangkap telinganya Namun, justru ia semakin menguncup Bulat sudah pikirannya, “Ingin rasanya saya menghilang!” Membaur bersama dinding hitam di belakangnya. Namun, tanpa disadari sepasang mata menangkapnya Mengikat kait supaya terpantau gerak-geriknya Sepasang mata yang juga sebenarnyaLanjutkan membaca “Intuisi Janggal”

Pabrik Bernama Negara dan Langkah “Perempuan” Mengubahnya

Catatan kecil ini adalah semacam refleksi yang sengaja di buat dalam rangka peringatan hari perempuan internasional. Saya anggap tulisan ini sebagai pemanasan kembali setelah sekian lama tidak mengisi artikel di dalam blog ini. Hari ini akan saya jadikan sebagai momen perayaan kehidupan. Perayaan pada harapan untuk merengkuh hidup yang merdeka. Terdengar klise dan sangat kelasLanjutkan membaca “Pabrik Bernama Negara dan Langkah “Perempuan” Mengubahnya”

Laki-laki Muda dan Kemarahannya pada Dunia

“Memang ada perlawanan yang tanpa kekerasan?” tantangnya “Eh, coba kau pikir! Memang ada?” Mukanya mendekat. Mengadu hidung lawan bicara “Apa iya senjata polisi kita lawan pakai wedang sereh?” Nadanya meninggi. Makin menantang. Si lawan bicara memilih diam Tahu jelas bahwa membuka mulut justru tidak menjawab apa-apa. Petir masih saja menyambar dari mata si penanya AzizLanjutkan membaca “Laki-laki Muda dan Kemarahannya pada Dunia”

Ketidakadilan dalam Kasus Agraria

Palu hakim sudah diketuk. Vonis masa tahanan penjara 5 tahun 6 bulan sudah ditetapkan. Tiga petani Pakel Mulyani, Suwarno, dan Untung dinyatakan bersalah atas laporan kasus keonaran oleh Pengadilan Negeri Banyuwangi. Keonaran yang dimaksud termaktub dalam Pasal 14 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana: Barang siapa, dengan menyiarkan berita atauLanjutkan membaca “Ketidakadilan dalam Kasus Agraria”

Mengupas Keputusasaan Masa Depan Lingkungan di FFD 2023

Tulisan ini ditulis setelah penonton dua film dari segmen “Perspektif” di dalam Festival Film Dokumenter. Segmen ini cukup menjadi perhatian para penikmat dan pemerhati film yang datang ke FFD. Tahun ini, saya-lah yang tertarik pada “Perspektif” FFD. Sebab, tema yang diangkat adalah Anthropocene. Sebuah istilah dari kalangan ahli geologi yang menunjukkan proses perubahan lapisan bumiLanjutkan membaca “Mengupas Keputusasaan Masa Depan Lingkungan di FFD 2023”

Moral Ekologi Kapitalis: Sebuah Catatan Etnografis (2)

Nilai Guna vs Nilai Tukar dan Perkara Rehabilitasi Lingkungan Perdebatan ini berakar dari pemahaman produksi ekonomi paling dasar antara kapitalis dan kelas petani. Nilai guna (use value) merupakan cara pandang yang dipakai petani terhadap material modalnya, sedangkan nilai tukar (exchange value) menjadi milik kapitalis. Pada persoalan paling nyata ialah cara pandang terhadap tanah sebagai modeLanjutkan membaca “Moral Ekologi Kapitalis: Sebuah Catatan Etnografis (2)”

Mati

Tak ada hal paling romantis, selain kematian Ia adalah damai yang menunggu di ujung horison senyap syahdu. Spektrum cahaya membias mendarat paripurna di pelupuk mata ronanya cantik aduhai membelai kulitku yang kering. Jikalau pilihan bisa kutunjuk kuingin mati kala fajar baru terbit kala khalayak sedang bersemangat menyambut hidup petani, buruh pabrik, karyawan gedungan, tukang kopi,Lanjutkan membaca “Mati”

Pilu Linu

Dadaku sesak Tenggorokanku tercekat Oksigen hanya mampu menyelinap saja Paru-paruku kupaksa sekuat tenaga menyedot udara Tidak lagi peduli bersih, penuh rokok, asap knalpot, atau apapun. Mataku memerah, panas Perlahan kelenjar air mata terpompa bekerja Aku bisa rasakan hangatnya air mata mulai merembes dari sela-sela mata Tapi kutarik Kutekan, kutahan sekuat tenaga Jangan sampai tumpah. Tidak,Lanjutkan membaca “Pilu Linu”

Moral Ekologi Kapitalis: Sebuah Catatan Etnografis

Darahku berdesir setiap satu nama organisasi lokal pejuang lingkungan disebut. Rasanya mendidih semakin parah ketika beberapa nama orang di dalamnya disebut. Meskipun dalam dialog ini posisi saya sebagai peneliti, emosi subjektif yang berpotensi menjadi bias ini harus saya akui dan sampaikan. Namun, pada kondisi demikian saya harus tetap terlihat tenang. Sekuat tenaga saya tahan segalaLanjutkan membaca “Moral Ekologi Kapitalis: Sebuah Catatan Etnografis”