Kesempatan Menciptakan “Panggung” bagi Pejabat Publik

Setelah awal Maret lalu melontarkan bola panas terkait bukti penemuan transaksi janggal sebesar 300 Triliun di Kemenkeu. Pada akhir bulan yang sama Mahfud MD mendatangi rapat Komisi III DPR di Senayan. Rapat yang disiarkan secara terbuka tersebut mendapat banyak perhatian khalayak dan tepuk tangan penuh semangat untuk Mahfud MD. Pokok rapatnya adalah membongkar data perihalLanjutkan membaca “Kesempatan Menciptakan “Panggung” bagi Pejabat Publik”

Ruang Dengar: Ahmadi Cabang London yang Urun Merawat Kota

London? Bukankah Ahmadiyah itu aslinya dari Lahore, Pakistan? Iya memang. Namun, sebelum menjawab rasa penasaran tersebut, mari kita berkenalan dengan saudara-saudara jemaah Ahmadi. Sore itu bertempat di Graha Fadhli Umar, Yogyakarta, saya menyeruput teh hangat yang disuguhkan sang “tuan rumah”. Rasanya sedap dan cocok betul dengan hujan bulan Desember yang membasahi kota sepanjang hari. Sayang,Lanjutkan membaca “Ruang Dengar: Ahmadi Cabang London yang Urun Merawat Kota”

Menyusun Pameran: Menengok “Dapur” Museum lebih dalam (2)

Menyusun Tim Pembagian kelompok-kelompok dan tugas tim sebenarnya fleksibel. Artinya, satu orang bisa saja merangkap lebih dari satu tugas pekerjaan. Semuanya berdasarkan ketersdiaan budget dan sumber daya manusia yang dimiliki. Jadi, susunan keorganisasi pameran yang disampaikan di bawah ini lebih didasarkan atas pengalaman selama menyusum MuseumMu. Mari kita bedah! Pertama, kurator dan art director. TugasLanjutkan membaca “Menyusun Pameran: Menengok “Dapur” Museum lebih dalam (2)”

Menyusun Pameran, Catatan Sederhana Tim Museum Muhammadiyah (1)

 “Iki kapal opo?” tanya pengunjung terheran-heran. Atau pertanyaan lain yang lebih tidak terduga, “Kapal Van der Wijck ya ini!?” Ungkapan-ungkapan tersebut kerap saya dengar ketika menghadapi pengunjung Museum Muhammadiyah  tiba di lantai dua. Dari pertanyaan-pertanyaan penuh gumam penasaran itulah justru dimulainya momen obrol-obrol antara edukator dan pengunjung museu. Voila, dari sanalah juga bisa dipastikan bahwaLanjutkan membaca “Menyusun Pameran, Catatan Sederhana Tim Museum Muhammadiyah (1)”

Dualisme Ekonomi dalam Lintasan Studi (2)

Oleh karena sebelumnya saya ingin melanjutkan tulisan terdahulu, maka langsung saja saya ulas tiga tokoh pencetus konsep “dualisme ekonomi” yang sedikit-banyak memengaruhi pemikiran saya. J. H. Boeke Dualisme ekonomi sebagai istilah pertama kali diperkenalkan oleh J.H. Boeke pada 1953 yang menganalisa cara kerja penerapan sistem ekonomi kolonial Belanda terhadap masyarakat jajahan. Ia melihat adanya dualismeLanjutkan membaca “Dualisme Ekonomi dalam Lintasan Studi (2)”

Neo-Dualisme Ekonomi Petani Abad ke-21: Sebuah Pengantar Draf

Pagi berangkat ke ladang, malam berjaga di satuan keamanan pabrik. Sekali waktu ketika jatah kerja dipindah pagi hari, maka pagi buta sudah siap dengan seragam satpam, lalu berladang digeser ke sore hari. Begitulah Mas Antok menjalani hari-harinya. Mas Antok tidak sendirian. Bersama dengan ratusan pemuda laki-laki di desanya, pola kehidupan ekonomi seperti itu merupakan halLanjutkan membaca “Neo-Dualisme Ekonomi Petani Abad ke-21: Sebuah Pengantar Draf”

Jalan Panjang Konservasi Kawasan Kars

“Jalan panjang” bisa berarti dua makna yaitu, (1) proses panjang melakukan upaya konservasi kars dan (2) betapa sulitnya mencapai titik terang kelestarian kawasan kars di tengah segala macam hambatan. Sebab, mengupayakan konservasi kawasan kars sejatinya bukanlah perkara sederhana. Bukan hanya soal mempertahankan status Taman Nasional di suatu kawasan kars. Bukan hanya tentang menolak kedatangan pertambangan.Lanjutkan membaca “Jalan Panjang Konservasi Kawasan Kars”

Pendidikan harusnya Belajar “ke dalam”

Sudah sekitar 20 hari ini saya berfokus mendalami keadaan pendidikan Indonesia. Proses pemahaman ini nyatanya tidak mudah. Meskipun demikian, saya setidaknya sudah melakukan progres pelan, seperti membaca modul-modul PGSD, peraturan menteri terkait kurikulum merdeka, dan buku Sekolah Biasa Saja. Dari proses membaca tersebut, saya memiliki kesadaran-kesadaran baru terhadap dunia pendidikan kita. Memanusiakan Peserta Didik DuluLanjutkan membaca “Pendidikan harusnya Belajar “ke dalam””

Ilmu-ilmu Humaniora untuk Kajian Advokasi Konflik Agraria

Pada April lalu Majelis Hukum dan HAM bersama Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik Muhammadiyah baru saja mengeluarkan hasil kajian akademik atas kebijakan pertambangan batu andesit di Desa Wadas, Purworejo (policy brief). Secara substansial, organisasi masyarakat Islam besar ini berpihak kepada warga Wadas yang merasa banyak dirugikan atas rencana pembangunan ini. Kerugiannya bukan hanya dari sisiLanjutkan membaca “Ilmu-ilmu Humaniora untuk Kajian Advokasi Konflik Agraria”

Hypermasculinity Negara, Kekerasan Psikologis pada Perempuan

Agenda pembangunan yang masif dan tidak terencana sudah pasti menimbulkan banyak masalah. Salah satunya terjadi dalam proses penyiapan lahan. Saling klaim antara pemerintah sebagai pemilik agenda pembangunan dan masyarakat lokal penghuni daerah tersebut sering kali terjadi. Tidak jarang, perseteruan saling klaim berujung pada perang terbuka di antara keduanya. Berkaca pada kasus pembangunan pertambangan batu andesitLanjutkan membaca “Hypermasculinity Negara, Kekerasan Psikologis pada Perempuan”